Tengah malam,
aku bertanya, siapa ini yang ada
di dalam rumah qalb-ku?
Dia menjawab, Inilah Aku,
yang cemerlangnya membuat matahari dan
rembulan jadi tertunduk malu.
Dia bertanya, Mengapa rumah ini penuh
dengan aneka macam lukisan?
Aku menjawab,
Ini semua adalah bayangan dari-Mu,
wahai Engkau yang wajah-Mu membuat
iri warga Chigil. [1]
Dia bertanya, Dan apa ini:
qalb yang berdarah-darah?
Aku menjawab,
Ini adalah gambaran diriku:
hati terluka, dan kaki dalam lumpur.
Kuikat leher dari jiwaku,
dan menyeretnya kehadapan-Nya sebagai persembahan:
Inilah dia yang telah berkali-kali memunggungi Cinta,
kali ini jangalah Kau lepaskan.
Dia serahkan satu ujung tali,
ujung yang penuh kecurangan dan pengkhianatan,
Peganglah ujung yang ini,
Aku kan menghela dari ujung yang lain,
mari berharap tali ini tidak putus.
Kuraih tangan-Nya, Dia menepisku,
seraya berkata, Lepaskan!
Aku bertanya,
Mengapa Engkau bersikap
keras padaku?
Dia menjawab, Ketahuilah, sikap keras-Ku
demi tujuan yang baik bagimu,
bukan karena niat-buruk atau jahat.
Ini untuk memperingatkanmu,
barangsiapa masuk kesini dan berkata,
'Inilah Aku!'
maka Aku akan memukul dahinya;
karena ini adalah Lembah Cinta,
bukan kandang hewan.
Salahuddiin, [2]
sungguh keelokan wajah sejatimu
indahnya bagaikan sosok Tamu di tengah malam itu;
kawan-kawan gosok matamu,
dan tataplah dia dengan pandangan qalb-mu,
dengan bashirah-mu.
Catatan:
[1] Daerah Chigil di Turkesta terkenal dengan
keelokan wajah warganya.
[2] Salahuddiin Zarkub, salah satu sahabat Mawlana Rumi,
belakangan berkembang menjadi sosok inspirasi ruhaniyah baginya;
yaitu setelah Mawlana Rumi menerima bahwa Syamsuddin at-Tabriz yang menghilang dan lama dirindukannya, telah wafat.
Menurut Sultan Valad, salah satu putra Rumi, tentang Salahuddin ini,Rumi menyatakan:
Syamsuddin yang selalu kita bicarakan telah kembali pada kita! Mengapa kita masih tertidur?
Bersalinlah kalian dengan baju baru, dia telah kembali menunjukkan dan memamerkan keindahannya.
(Dari karya Franklin D. Lewis: Rumi, Past, Present, East and West, Oneworld Publications, 2000).
Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal 1335
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh A.J. Arberry
dalam Mystical Poems of Rumi 1, The University of Chicagi Press, 1968.
0 Response to "Di Lembah Cinta"
Post a Comment