Loading...

KISAH NABI ZULKIFLI AS

Al Qur'an tidak mengisahkan riwayat nabi Dzulkifli dan kepada siapa ia diutus. Ahli Tarikh hanya menyebutkan bahwa beliau putra Ayyub. Dengan demikian ia masih cucu nabi Ibrahim AS. Allah SWT menamakan Dzulkifli karena ia selalu melaksanakan beberapa perbuatan baik yang dibebankan kepadanya. Didalam surat Al Anbiyaa' ayat 85-86 dijelaskan 

"Ismail, Idris dan Dzulkifli, termasuk orang-orang yang sabar. Kami masukkan mereka dalam rahmat kami. Sesungguhnya mereka adalah termasuk orang-orang yang saleh".

Dzulkifli diangkat menjadi nabi dan rasul sesudah ayahnya. Nama kecilnya adalah Basyar dan ia termasuk orang yang sabar.

Sejak kecil hingga dewasa tidak pernah bohong. Semua janji yang diucapkannya selalu ditepati sehingga teman-temannya dan orang-orang sangat senang padanya. Bagi orang yang belum kenal dengannya lebih dalam akan senang melihatnya karena semua tingkah lakunya mencerminkan kebenaran.

Ketika mendapat cobaan dari Allah SWT, ia tidak pernah mengeluh sedikitpun, bahkan ia lebih mendekatkan dirinya kepada-Nya. Kesabarannya telah diabadikan Allah SWT di dalam Al Qur'an Surah Al Anbiya': 85-86. Kesabaran yang ada pada dirinya kelak akan membawanya menjadi seorang Raja seperti yang telah diucapkan nabi Ibrahim AS dan Nabi Ishaq AS. Semua keturunannya akan menjadi pemimpin dan panutan bagi kaumnya.

Dzulkifli Menjadi Raja
Diceritakan bahwa pada masa kenabian Dzulkifli, ada seorang raja yang sudah tua dan tidak diberi keturunan sama sekali. Ia sangat bingung dan gelisah mengenai penggantinya kelak. Raja itu adalah pemimpin yang bijaksana. Ia tidak pernah mementingkan dirinya, semua pikirannya ditumpahkan pada negaranya.

Suatu hari raja mengadakan sayembara kepada suluruh rakyatnya. Isi sayembara itu ialah untuk memberi kesempatan kepada seluruh rakyatnya agar bisa memimpin negaranya. Persyaratan yang diminta sangatlah berat bagi ukuran rakyatnya.

Meskipun demikian raja tetap mengajukan persyaratan itu sebab ia fikir jika pada siang hari puasa dan malam hari menjalankan ibadah tentu akan dicontoh rakyatnya. Jika Raja yang akan menggantikannya tidak pernah menjalankan persyaratan itu tentulah rakyatnya akan meniru pula.

Kabar sayembara itu sangatlah cepat menyebar. Dalam waktu singkat, rakyat berdatangan menuju istana. Hampir semua lapisan masyarakat datang untuk mengikuti sayembara tersebut. Dzulkifli juga hadir dengan perasaan tidak menentu.

Tibalah saatnya mereka berkumpul di alun-alun yang luas. Raja sejak pagi ada di sana. Ia berkata kira-kira: 

"Wahai rakyatku, kini usiaku sudah tua dan tidak memperoleh seorang keturunanpun. Maka untuk meneruskan kejayaan kerajaan ini, aku mengambil salah satu dari kalian. Aku tidak ingin raja yang hendak menggantikan kedudukanku dari insan sembarangan. Ketahuilah bahwa titah raja selalu dituruti dan tingkah laku rajanya akan diikuti oleh rakyatnya. Untuk itulah aku mengajukan satu persyaratan, yaitu pada siang hari melakukan puasa dan malam hari melakukan ibadah."

Raja memberikan kesempatan kepada rakyatnya untuk mengangkat tangannya yang sanggup menjalankan persyaratan itu. Namun tidak ada seorangpun yang mengangkat tangannya. Tiba-tiba, Dzulkifli mengangkat tangannya dan berkata (kira-kira):

"Hamba sanggup menjalankan puasa di siang hari dan menjalankan ibadah di malam hari."

Para hadirin merasa terkejut denga ucapan Dzulkifli. Begitu pula raja. Ia tidak yakin padanya karena usianya masih sangat muda. Bagaimana mungkin ia sanggup menjalankan persyaratan tersebut. Raja berkata: 

"Hai anak muda, jangan main-main. Sayembara ini adalah untuk kepentingan rakyat dan negeri ini." 

Dengan tenang Dzulkifli melangkah ke hadapan raja.

"Wahai raja junjungan hamba, saya tidak main-main dengan ucapanku. Saya akan berusaha untuk melakukan persyaratan yang paduka berikan." 

Semula raja tidak dapat menerimanya karena faktor usianya yang masih sangat muda. Namun raja juga mempunyai keyakinan bahwa anak muda itu kelak akan memerintah rakyatnya dengan penuh kebajikan sebab dari sekian banyak rakyatnya yang hadir di alun-alun itu, hanya anak muda itu yang sanggup menjalankan persyaratan yang ia berikan. Akhirnya raja setuju, dan sejak saat itu, Dzulkifli dinobatkan menjadi raja. Raja merasa senang sebab Dzulkifli tetap memenuhi janjinya bahwa ia akan berpuasa di siang hari dan menjalankan ibadah di malam hari. Ia sangat yakin kalau rakyatnya akan mendapatkan kedamaian di bawah kepemimpinan Dzulkifli. Raja yang tua itupun menghembuskan nafasnya terakhir dengan tenang.

Namun sebelum ia menghembuskan bafasnya, ia sempat berpesan kepada Dzulkifli agar tetap menjalankan persyaratannya sepeninggal dia. Ia takut kalau ia meninggal, Dzulkifli akan meninggalkan janjinya itu. Dzulkifli meyakinkan raja dan bersumpah bahwa ia akan tetap menjalankan persyaratan tersebut.

Iblis Menggoda Dzulkifli
Karena Dzulkifli sangat menghormati tamunya, maka iblis mencoba untuk menggodanya. Ia berpura-pura menjadi tamu di malam hari, ketika raja mau tidur.

"Siapa yang ada diluar, silahkan masuk!" 

Kata Raja setelah shalat. Setelah menunggu agak lama, terdengar pintu diketuk orang. Setelah dipersilahkan masuk oleh raja, tamu itu tidak menjawab sama sekali.

Seusai dzikir, Nabi Dzulkifli mendatangi pintu itu dan membukanya. Ia sangat heran sebab tidak ada orang. Begitu pintu ditutup, pintu kembali diketuk. Akhirnya Nabi Dzulkifli membuka pintu itu dan tidak menutupnya. Ia yakin bahwa tamu yang hendak datang ke rumahnya mempunyai kepentingan yang harus diselesaikan malam itu juga. Ia berpikiran seperti itu sebab tidak pernah ia menerima tamu pada malam hari.

Tidak lama kemudian, muncullah tamu yang ditunggu-tunggu itu. Terlebih dahulu ia mengucapkan salam dan dibalas dengan ucapan salam juga oleh Nabi Dzulkifli. 

"Silahkan masuk tuan," 

kata Nabi Dzulkifli mempersilahkan tamunya masuk. Kemudian mereka duduk berhadapan yang dibatasi oleh meja. Nabi Dzulkifli kemudian menanyakan maksud kedatangannya. Tamu itu menundukkan mukanya dan menjawab:

"Ampun tuanku, memang ada keperluan yang mendesak sekali sehingga hamba bertamu pada malam hari begini. Lagi pula rumah hamba sangatlah jauh dari sini." 

jawab tamu itu yang tidak lain adalah iblis yang menyerupai manusia.

"Ceritakan masalah yang sedang engkau hadapi, siapa tahu aku dapat membantunya," kata Nabi Dzulkifli. 

Kemudian tamu itu menceritakan semua persoalannya. Pada dasarnya tamu itu meminta agar masalahnya dituntaskan pada malam itu juga. 

"Begini saja, biar penasehatku yang akan memecahkan masalah ini," kata Nabi Dzulkifli. 

Namun tamu itu tetap ngotot agar Dzulkifli langsung yang menyelesaikan persoalannya. Ia berkata:

"Hamba tidak mau jika orang lain menyelesaikan persoalanku. Hamba mau tuan sendiri yang menyelesaikannya."

Akhirnya Nabi Dzulkifli bersedia menyelesaikan masalah itu sendiri. Tamunya pun puas. Raja pun pergi tidur. Namun sebelumnya ia menyuruh agar tamunya itu pulang besok pagi saja. Namun, betapa terkejutnya Nabi Dzulkifli ketika pada pagi hari, tamunya sudah tidak ada lagi. Ia tahu bahwa tamu semalam adalah Iblis.
Meskipun jam tidurnya terganggu dengan adanya tamu itu, Nabi Dzulkifli tidak pernah mengeluh sebab ia menganggap bahwa tamu adalah berkah. Menolak tamu berarti menolak berkah.

Wallahu a'lamu bisshowab



Referensi : http://bit.ly/KJQZka | http://bit.ly/V1wLuR

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KISAH NABI ZULKIFLI AS"

Post a Comment