Kisah Nabi Yusuf : Bagian 1 | Bagian 2 | Bagian 3 | Bagian 4 | Bagian 6 |
----------------------
Dalam kisah terdahulu diceritakan bagaimana nabi Yusuf dimasukkan ke penjara dan kemudian dikeluarkan dari penjara setelah menakwilkan mimpi sang raja. Yang luar biasa adalah ketika hendak dikeluarkan dari penjara, nabi Yusuf mengajukan syarat. [Baca kisahnya DISINI]
----------------------
Dalam kisah terdahulu diceritakan bagaimana nabi Yusuf dimasukkan ke penjara dan kemudian dikeluarkan dari penjara setelah menakwilkan mimpi sang raja. Yang luar biasa adalah ketika hendak dikeluarkan dari penjara, nabi Yusuf mengajukan syarat. [Baca kisahnya DISINI]
Dalam lanjutan kisah ini akan diceritakan bagaimana nabi yusuf bertemu dan berdialog dengan saudara-saudaranya yang telah menceburkannya ke dalam sumur [Baca kisahnya DISINI]
Nabi Yusuf bertemu dengan saudara-saudaranya
Kini saudara-saudara Yusuf yang telah menceburkannya ke dalam sumur telah datang. Anak-anak Nabi Yakub datang dan berbaris dalam rombongan orang-orang yang membutuhkan. Yusuf duduk di atas singgsana Mesir sebagai seorang penguasa yang memerintah dan melarang. Yusuf bergegas untuk menjamin kelangsungan kehidupan manusia. Beliau dikelilingi oleh para menterinya, orang-orang penting, dan para tentara. Nabi Yusuf segera mengenali saudara-saudaranya, sedangkan mereka tidak mengenalinya. Mereka telah terpisahkan cukup lama dengan Yusuf di mana keadaaan sangat menyusahkan mereka sehingga mereka datang dari Palestina untuk mencari makan di Mesir.
Terjadilah dialog antara Yusuf dan saudara-saudaranya tanpa mereka mengetahui identitas Yusuf. Saudara-saudara Yusuf itu berjumlah sepuluh orang, namun mereka membawa sebelas unta. Yusuf bertanya kepada mereka melalui salah seorang penerjemah agar beliau tidak berbicara dengan mereka dengan bahasa mereka, yaitu bahasa Ibrani:
"Undang-undang kita memutuskan untuk memberikan makanan pada setiap orang sesuai dengan kemampuan unta mengangkut makanan itu. Berapa jumlah kalian?"
Mereka menjawab: "Sebelas orang."
Yusuf berkata kepada salah seorang penerjemah: "Katakan kepada mereka, bahasa kalian berbeda dengan bahasa kami dan pakaian kalian pun berbeda dengan pakaian kami. Barangkali kalian adalah mata-mata."
Mereka menjawab: "Demi Allah, kami bukan mata-mata tetapi kami adalah keturunan dari seorang ayah yang baik."
Yusuf bertanya: "Kalian mengatakan bahwa jumlah kalian sebelas padahal, kalian berjumlah sepuluh."
Mereka menjawab: "Sebenarnya kami adalah dua belas saudara, seorang saudara kami meninggal di daratan dan kami mempunyai saudara yang lain yang sangat dicintai oleh orang tua kami dan ia tidak mampu untuk bersabar ketika berpisah dengannya. Oleh karena itu, kami datang dengan membawa untanya sebagai ganti darinya."
Yusuf berkata: "Bagaimana aku bisa memastikan kejujuran kalian?"
Mereka menjawab: "Pilihlah sesuatu yang engkau dapat menjadi tenang dengannya."
Yusuf berkata: "Undang-undang kami menentapkan untuk tidak memberikan makanan kepada seseorang yang tidak ada. Karena itu, datangkanlah saudara kalian agar aku dapat memberinya makanan. Tidakkah kalian mengetahui bahwa aku menegakkan timbangan dengan jujur?"
Demikianlah dialog terus berlangsung antara saudara-saudara Yusuf dan Yusuf. Yusuf memberitahukan kepada mereka bahwa kali ini mereka mendapatkan pengecualian (keringanan) dan keistimewaan. Tetapi, jika pada masa yang akan datang mereka datang tanpa membawa saudara mereka, maka Yusuf tidak akan memberikan makanan kepada mereka. Mereka berkata padanya, bahwa kami akan berusaha memuaskan ayah kami atau meyakinkan ayah kami untuk meninggalkan saudara kami itu bersama kami. Berkenaan dengan peristiwa tersebut, Allah SWT berfirman:
"Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke (tempatnya). Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya. Dan tatkala Yusuf menyiapkan untuk mereka bahan makanannya, ia berkata: 'Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu. Jika kamu tidak membawanya kepadaku, maka kamu tidak akan mendapatkan sukatan lagi dariku dan jangan kamu mendekatiku.' Mereka berkata: 'Kami akan membujuk ayahnya untuk membawanya (ke mari) dan sesungguhnya kami benar-benar akan melaksanakannya.' Mereka berkata kepada bujangan-bujangannya: 'Masukkanlah barang-barang (penukar kepunyaan-kepunyaan mereka) ke dalam karung-karung mereka, supaya mereka mengetahuinya apabila mereka telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka kembali lagi.'" (QS. Yusuf: 58-62)
Kemudian berpindahlah peristiwa di Mesir ke peristiwa yang terjadi di Kan'an. Saudara-saudara Yusuf kembali pulang dan menemui ayah mereka. Sebelum mereka menurunkan muatan yang dibawa oleh unta, mereka masuk menemui ayah mereka:
"Sungguh kami tidak mendapatkan sukatan gandum. Ini terjadi karena engkau melindungi dan mempertahankan anakmu."
Mereka mengatakan: "Kami tidak akan memberikan makanan bagi orang tak hadir. Mengapa engkau tidak merasa aman ketika kami membawanya? Biarkanlah ia pergi bersama kami dan sesungguhnya kami akan menjaganya."
Jelas sekali bahwa dialog tersebut bertujuan untuk memojokkan si ayah dan membebankan tanggung jawab kepadanya dalam hal ketidakmampuan mereka memperoleh makanan. Namun, si ayah menjawab dengan menggunakan sopan santun para nabi. Ia berkata bahwa ia tidak merasa aman terhadap mereka atas anaknya yang kecil sebagaimana kekhawatirannya terhadap Yusuf sebelumnya, dan ia tidak peduli atau tidak begitu yakin dengan ucapan mereka: "Sungguh kami sebaik-baik penjaga. Karena, Allah SWT-lah sebaik-baik penjaga dan Maha Pengasih di antara yang mengasihi."
Anak-anak itu membuka wadah-wadah yang mereka bawa untuk mengeluarkan biji-bijian makanan yang ada di dalamnya. Tiba-tiba mereka mendapatkan barang-barang mereka telah dikembalikan bersama makanan. Pengembalian harga menunjukkan ketidakinginan untuk menjual atau itu semacam peringatan, dan barangkali itu merupakan hal yang mengganggu mereka agar mereka kembali membenarkan harga pada kali yang kedua. Melihat kenyataan tersebut, anak-anak itu segera menuju ke ayah mereka sambil mengatakan:
"Wahai ayah kami, kami tidak berbuat aniaya dan kami tidak berbohong kepadamu. Sungguh harga yang telah kami beli dikembalikan kepada kami. Ini berarti bahwa mereka tidak akan menjual kepada kami kecuali jika saudara kami pergi bersama kami."
Demikianlah dialog antara mereka dan ayah mereka terus berlanjut. Mereka memberikan pengertian kepada ayahnya bahwa kecintaannya kepada seorang anaknya dan hubungan dekat dengannya justru mengorbankan kepentingan mereka dan menjatuhkan perekonomian mereka. Mereka ingin untuk menambah perbekalan mereka dan mereka berjanji akan menjaga saudara mereka dengan penjagaan yang sangat hebat. Dialog tersebut berakhir dengan persetujuan si ayah terhadap keinginan mereka dengan syarat, bahwa mereka berjanji untuk membawa pulang anaknya kecuali jika mereka dikepung oleh musuh dan mereka tidak mampu menyelamatkannya. Si ayah menasihati mereka untuk tidak masuk karena mereka berjumlah sebelas orang dari satu pintu dari pintu-pintu Mesir sehingga tak seorang pun yang menaruh kecurigaan. Barangkali si ayah mengkhawatirkan terjadinya pencurian atau kedengkian, namun konteks ayat tersebut tidak menceritakan kepada kita apa yang dikhawatirkan oleh si ayah. Akhirnya, Nabi Yakub bertawakal kepada Allah SWT dan menyerahkan urusan anaknya pada mereka. Berkaitan dengan hal tersebut, Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala mereka telah kembali kepada ayah mereka (Yakub), mereka berkata: 'Wahai ayah kami, kami tidak akan mendapat sukatan (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama-sama kami supaya kami mendapat sukatan, dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.' Berkatalah Yakub: 'Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?.' Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.' Tatkala mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka, dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata: Wahai ayah kami apa lagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalihan kepada kita, dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta. Itu adalah sukatan yang mudah (bagi raja Mesir). Yakub berkata: 'Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan akan membawanya kembali kepadaku, kecuali jika kamu dikepung musuh.' Tatkala mereka memberikan janji mereka, maka Yakub berkata: 'Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan (ini).' Dan Yakub berkata: 'Hai anak-anakku, janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri.' Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahhan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikit pun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Yakub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. Yusuf: 63-68)
Kali ini saudara-saudara Yusuf yang sebelas orang itu kembali lagi:
"Dan tatkala mereka masuk he (tempat) Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya, Yusuf berkata: 'Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berduka cita terhadap apa yang telah mereka kerjakan.'" (QS. Yusuf: 69)
Konteks Al-Qur'an mengarah ke keadaaan Yusuf di mana beliau melindungi saudaranya dan menunjukkan padanya rahasia kekerabatannya. Tentu hal ini tidak terjadi saat saudara-saudara Yusuf masuk menemuinya karena jika demikian niscaya mereka akan mengetahui hubungan kekerabatan Yusuf. Hal ini terjadi dalam ketersembunyian sehingga saudara-saudaranya tidak mengetahui. Tapi konteks ayat tersebut yang sangat mengagumkan, sengaja berpindah pada keadaan pertama yang dialami Yusuf di mana beliau tampak khawatir saat mereka masuk menemuinya dan saat beliau melihat saudaranya. Demikianlah, Al-Qur'an menjadikannya sebagai tugas pertama karena ia merupakan sesuatu yang pertama kali terlintas dalam hati Yusuf. Ini termasuk ungkapan yang dalam yang terdapat pada Kitab yang agung ini. Ayat tersebut juga tidak menyinggung masa perjamuan dan apa yang terjadi saat itu antara Yusuf dan saudara-saudaranya. Ia justru mengungkapkan peristiwa saat mereka meninggalkan tempat itu. Yusuf merencanakan sesuatu terhadap saudara-saudaranya. Yusuf ingin agar saudaranya yang kecil tetap bersamanya. Yusuf mengetahui bahwa usahanya untuk menahan saudaranya akan menimbulkan kesedihan buat ayahnya, dan barangkali kesedihan-kesedihan baru akan menumpuki kesedihan-kesedihan si ayah. Mungkin saja peristiwa ini akan mengingatkannya tentang hilangnya Yusuf.
Yusuf mengetahui semua itu. Beliau memandangi saudaranya. Dan tidak ada alasan kuat untuk menahannya. Karena itu, mengapa ia harus menahan saudaranya dengan cara demikian? Al-Qur'an menyinggung rahasia tersebut, yaitu bahwa Yusuf bergerak di bawah bimbingan wahyu Ilahi. Allah SWT menginginkan agar Yakub menerima ujian dan menjalani puncak dari penderitaan, sehingga ketika beliau mampu melalui berbagai penderitaan dan bersabar atasnya, maka Allah SWT akan mengembalikan padanya kedua putranya, dan akan mengembalikan juga matanya yang buta.
Rencana Yusuf sudah matang. Yusuf memerintahkan para pengawalnya untuk meletakkan gelas raja yang terbuat dari emas di tempat penyimpanan yang dibawa saudaranya secara rahasia. Gelas itu digunakan sebagai alat untuk menimbang gandum di mana gelas tersebut tentu sangat mahal karena ia terbuat dari emas murni. Akhirnya, gelas tersebut disembunyikan dalam barang bawaan saudaranya. Saudara-saudara Yusuf bersiap-siap untuk pergi dan bersama mereka saudara mereka yang kecil. Kemudian pintu kota pun ditutup dan tiba-tiba berteriaklah seseorang: "Hai kafilah, kalian adalah pencuri."
Teriakan tentara tersebut menghentikan langkah semua kafilah. Kini, mereka semua menjadi tertuduh. Orang-orang berdatangan dan bersama mereka saudara-saudara Yusuf.
"Barang apa yang hilang dari kamu?" tanya saudara-saudara Yusuf. Para tentara itu menjawab:
"Kami kehilangan gelas milik raja yang terbuat dari emas. Barangsiapa yang mampu mendatangkannya dan menemukannya, makakami akan memberikan balasan. Kami akan memberikannya makanan yang dimuat oleh unta."
Saudara-saudara bukanlah orang-orang yang mencuri. Para petugas keamanan Yusuf berkata (sebelumnya mereka telah mendapatkan pengarahan dari Yusuf):
"Hukuman apa yang kalian inginkan bagi seorang pencuri?"
Saudara-saudara Yusuf berkata: "Dalam peraturan kami, bahwa orang yang mencuri akan menjadi budak bagi orang yang kehilangan barangnya."
Petugas keamanan itu berkata: "Kami akan menerapkan peraturan kalian. Kami tidak menggunakan undang-undang Mesir yang menegaskan untuk memenjarakan orang yang mencuri."
Tawaran ini tentu sebagai tipu daya dan rencana jitu dari Allah SWT di mana Yusuf diberi ilham untuk membicarakan hal itu pada petugas keamanannya. Seandainya kalau bukan karena rencana Ilahi ini, niscaya Yusuf tidak akan dapat mengambil saudaranya. Agama raja atau peraturannya tidak memutuskan untuk menjadikan budak orang yang mencuri.
Salah seorang kepala keamanan berkata: "Mulailah kalian memeriksa."
Yusuf memperhatikan semua ini dari singgasananya. Ia telah menyerahkan perintahnya kepada petugas keamanan untuk pertama-tama memeriksa saudara-saudaranya dan hendaklah mereka tidak mengeluarkan gelas raja kecuali pada pemeriksaaan yang terakhir. Kemudian selesailah pemeriksaan saudara yang pertama, saudara yang kedua sampai saudara yang kesepuluh. Dan mereka tidak menemukan barang yang dimaksud. Saudara-saudara Yusuf merasa aman bahwa mereka terlepas dari tuduhan mencuri.
Mereka mulai menarik nafas lega dan mereka berkata bahwa semua di antara kami telah diperiksa kecuali saudara kami yang kecil.
Yusuf berkata kali ini beliau turut campur: "Ia tidak perlu diperiksa." Tampaknya ia bukan seorang pencuri.
BERSAMBUNG... Baca lanjutan kisahnya DISINI
0 Response to "KISAH NABI YUSUF #5"
Post a Comment