Ahad 26 Juni 2011
Empat orang makluk Tuhan bertemu di terminal Bertais. Masing-masing membawa tas ransel gede alias carrier. Empat orang itu adalah Idham Jowet Khalid, Ika Risnawati, Lalu Hasbi dan aku sendiri. Kami akan mendaki gunung Rinjani untuk mengisi liburan.
Rencana awal kami akan naik lewat Sembalun, dan turnnya nanti lewat Senaru, karena katanya mba Ika Kita harus nyampe puncak. Tapi karena kesiangan jadi ga dapet angkutan menuju Sembalun. Akhirnya diputuskan untuk naik lewat Senaru dan turun lewat Sembalun.
Pendakian Tanpa Target
Sekira pukul 12.30 kami berangkat menuju Senaru dengan angkutan yang sebentar-sebentar berhenti untuk naikin muatan. Jadilah kami sampai senaru udah jam 16.10. Setelah istirahat sejenak dan shalat Ashar, lalu kami bersiap untuk memulai pendakian.
Tiba-tiba ada seorang pendaki yang baru saja turun menghampiri kami.
Mas saya mau nitip barang buat teman saya nih, boleh nggak katanya.
Boleh Barang apa..? Jawab bang Jowet.
Senter dan obat-obatan. Kemarin ada temen saya yang sakit tapi dia tetap melanjutkan pendakiannya katanya sambil menyerahkan barang yang akan dititip.
Waah kok sakit tetap naik sih aku nyeletuk.
Iya, sudah dibilang tapi tetap aja nekat katanya sambil memperlihatkan foto temannya yang dimaksud.
Mudah-mudahan ketemu ya mas, kalau tidak ketemu juga tidak apa-apa, mas boleh ambil senter dan obatnya lanjutnya.
Iya, mudahan ketemu jawab bang Jowet.
Bang Jowet sebagai mangku dalam pendakian ini melapor ke pos Rinjani Trek Centre (RTC) Senaru. Ternyata petugasnya lagi pergi begawe. Mungkin petugasnya ga nyangka kalau ada orang yang mau naik jam segitu sore. Kami menunggu lagi beberapa saat dan petugas tak kunjung muncul. Kaki udah gatel mau diajak jalan. Akhirnya sang mangku memutuskan : Kita berangkat aja, nanti kita lapor di pos Sembalun kata bang Jowet. Kami setuju. Dan pendakian dimulai!
Pendakian illegal.
0 Response to "Rinjani Trekking - Menabur Benih Timun dan Bokah"
Post a Comment